Haruskah Kita Tolak LGBT ?
Media kita saat ini heboh dengan Pro dan Kontra LGBT. Dimana-mana memperbincangkan LGBT virus baru yang menjangkiti masyarakat Indonesia. Media sosial dihebohkan somasi dari kelompok LGBT kepada Republika yang menurunkan berita penyimpangan LGBT. Kompas TV pun mengadakan diskusi dengan Anggota DPR Fraksi Gerinda, Pendukung LGBT yang berdandan muslimah, dan aktivis homoseksual yang berkostum ala santri seolah menggambarkan pelaku homo juga sholeh. Media sosial yang lain seperti WA, Facebook juga rame dengan ajakan penolakan LGBT.
LGBT (lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) di Indonesia seolah-olah seperti gunungan ES yang besar. Jumlahnya mencapai puluhan ribu, penyakit menular yang mematikan, meresahkan masyarakat, akan terjadi kepunahan manusia, dan ketakutan-ketakutan lainnya. Kemungkinan jumlah mereka tidaklah besar, keberanian untuk muncul di tengah masyarakat sangat kecil. Cuma adanya pihak-pihak tertentu yang membesarkan isu, mengucurkan dana, dan mencari duit dari proyek propaganda LGBT. LGBT tidaklah besar di Indonesia kalau tidak dibesarkan media, akademisi keblinger, dan dana dari asing.
Bagaimana kita sebagai manusia normal, memiliki akal dan pikiran menganut keyakinan terhadap agama, hidup dalam negara berlandas hukum memandang LGBT ? Haruskah kita tolak atau kita terima dan biarlah waktu yang menjawab ?. Sebagai generasi muslim sehendaknya kita memiliki pandangan bagaimana kita menyikapi dan kita berada diposisi mana?
Pertama sebagai manusia normal jelas kita tahu, Allah menciptakan sesuatu dengan berpasang-pasangan. Dan uniknya setiap pasangannya selalu berlawanan jenis. Misalnya, ada siang ada malam, ada Matahari ada bulan, ada panas ada hujan, hidup mati, ada orang waras ada orang gila, ada laki-laki ada perempuan, Allah menciptakan Adam dan Hawa, bukan Adam dan Hendra. Dari sini terlihat jelas bahwa setiap pasangan itu mesti berlawanan, berbeda tapi saling melangkapi.
Kedua, sebagai manusia yang memilki akal dan pikiran. Kita lihat berbagai jenis makhluk mulai dari manusia, hewan dan tumbuhan semuanya kawin dengan lawan jenisnya. Ayam jago kawin dengan ayam betina, anjing jantan kawin dengan anjing betina, kucing jantan dengan kucing betina, bahkan untuk bisa kawin dengan pasangan betina di bela-belain samapai harus bertarung dengan pesaing pejantan lainnya sampai titik darah penghabisan. Kita liat tumbuhan seperti pohon salak, fanili, dan tumbuhan lainnya mereka kawin juga dengan lawan jenisnya untuk menghasilkan buah. Apalagi manusia, berkat Adam dan Hawa yang melakukan pernikahan melahirkan manusia yang memenuhi bumi ini. Mari kita bayangkan seandainya Allah menciptakan Adam dan Hendra apa yang terjadi? Apakah Hendra akan beranak seperti lahirnya tokoh Wayang Karna yang lahir melalui telinga?.
Ketiga, menurut keyakinan umat beragama. Indonesia adalah sebuah negara yang didirikan atas landasan Ketuhanan. dan Dzat Tuhan hanya diajarkan dalam agama. Bagaimana agama memandang LGBT ? semua agama di Indonesia tidak ada satupun yang menerima LGBT, bahkan semua mengutuk LGBT sebagai perilaku yang menyimpang dan perbuatan keji. Seperti Islam yang berdasarkan Al-Quran menjelaskan, “Dan (Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) tatkala dia berkata kepada mereka: "Mengapa kamu mengerjakan perbuatan faahisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia ini) sebelummu?. Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka), bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum yang melampaui batas. Jawab kaumnya tidak lain hanya mengatakan: "Usirlah mereka (Luth dan pengikut-pengikutnya) dari kotamu ini; sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berpura-pura mensucikan diri. Kemudian Kami selamatkan dia dan pengikut-pengikutnya kecuali isterinya; dia termasuk orang-orang yang tertinggal (dibinasakan). Dan Kami turunkan kepada mereka hujan (batu); maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berdosa itu.” (Q.S. Al-A’raf: 80-84).
Keempat, kita hidup di negara hukum. Semua perbuatan kita harus berlandaskan hukum tidak boleh bertentangan dengan produk hukum yang berlaku di negara ini. Semua hukum di negara ini tidak boleh bertentangan dengan Pancasila sebagai sumber hukum tertinggi. Pancasila sila pertama adalah Ketuhanan yang Maha Esa. Artinya semua hukum di Indonesia tidak boleh dengan bertentangan dengan Pancasila karena Pancasila berdasarkan Ketuhanan dalam agama. Andaipun ada undang-undang yang bertentangan dengan agama maka hukum tersebut tidak sah, selama sila pertama berbunyi Ketuhanan yang Maha Esa.
Hukum (Undang-undang) perkawinan Indonesia menjelaskan pernikahan dapat dilangsung jika ada calon mempelai pria dan wanita. Jika salah satu tidak ada, baik yang pria atau wanita maka ini melanggar undang-undang. Dan setiap pelanggar undang-undang dapat dikenai sanksi penjara.
Tidak kalah penting untuk kita cermati, apabila LGBT ini berkembang dan dilegalkan di negara ini betapa susah kita dan negara ini. Paling tidak beberapa aspek ini menjadi landasan kita untuk menyikapi LGBT ini.
Pertama WC, kalau masuk kamar mandi umum mereka kebingungan. Karena hanya tersedia kamar mandi hanya untuk pria dan wanita. Betapa ribetnya dan butuh anggaran besar yang harus di sediakan pemerintah untuk membangun toilet khusus mereka.
Kedua Sholat jenazah, jika dia seorang muslim lalu meninggal bagaimana mensholatkannya? Apakah sang imam sejajar dengan kepala atau sejajar dengan kepala? Atau tidak perlu disholatkan karena dalam islam hanya ada dua kategori pria dan wanita, dan sang Imam kebingungan harus berada diposisi mana?
Ketiga kolom KTP, kalau ada LGBT pemerintah harus menambah kolom baru bagi mereka, kolom jenis kelamin antara pria dan wanita. Kasian pejabat kita kan, harus buang-buang tenaga dan biaya untuk menambahkan kolom khusus buat mereka. Belum lagi membuat undang-undang untuk melegalkan jenis kelamin yang baru ini, jelas ini ribet sekali.
Keempat, warisan. Pembagian waris dalam islam hanya dibagikan kepada seimann dan kepada ahli waris pria dan wanita. Ahli waris pria mendapatkan jatah 2/3 persen sedangkan wanita 1/3 persen. Yang diantara keduanya tidak mendapatkan warisan. Dengan begitu apa masih mengharap warisan ??.
Terhadap LGBT setidaknya kita memberi pandangan menolak atau menerima. Tulisan ini memang tidak seberapa dari konten kualitas maupun penulisan. Akan tetapi setidaknya masyarakat tahu diposisi mana penulis berdiri menyikapi LGBT ini.
EmoticonEmoticon