“Baru kali ini saya mengalami kejadian seperti ini, selama saya puluhan tahun menjadi seorang modin Ustadz”, cerita Pak Modin (Pengurus jenazah) kepada Ustadz Maulana. “Kejadian seperti apa yang di maksud pak Modin ini”, Tanya Ustadz Maulana penasaran.
Selepas sholat ashar berjamaah di Masjid Muhajirrin karena cuaca sedang gerimis rintik-rintik hujan yang cukup membasahi orang yang nekad berjalan tanpa payung. Kedua tokoh masyarakat ini mengurungkan pulang, memilih berbincang sambil menunggu hujan gerimis berhenti. Di dalam masjid beralaskan karpet merah yang selalu semerbak wangi pak modin menceritakan pengalamannya mengurus jenazah seorang lelaki paruh baya yang banyak mengalami keganjilan. Selama 22 tahun menjadi modin ratusan jenasah yang diurus baru kali ini mengalami kejadian-kejadian aneh, ganjil, mencengangkan yang diluar nalar manusia. Pak modin melanjutkan ceritanya, nampak begitu semangat bercerita dibalik kegundahan hatinya yang belum menemukan asal muasal kenapa jenazah yang satu itu berbeda dari ratusan jenazah yang diurusnya.
“Saya terlibat dalam pengurus jenazah lebih dari 22 tahun, berbagai pengalaman telah saya lalui, sebab dalam jangka atau kurun waktu tersebut macam-macam jenis mayat sudah saya tangani. Ada yang meninggal dunia akibat kecelakaan, sakit tua, sakit jantung, bunuh diri dan sebagainya. Bagaimanapun, pengalaman mengurus satu jenazah seorang lelaki paruh baya yang kaya serta serba tertutup apa pekerjaan selama ini yang ditekuni, menyebabkan saya mendapatkan pengalaman berharga sepanjang hidup”, jelas pak Modin.
“pengalaman seperti apa yang Pak Modin maksud?”, Ustad Maulana semakin penasaran sambil mengernyitkan dahinya. Pak Modin melanjutkan ceritanya sambil menghela nafas panjang.
“Inilah pertama saya bertemu cukup aneh pak ustadz, menyedihkan, menakutkan dan sekaligus memberikan banyak hikmah. Sebagai Modin tetap di desa, saya diminta oleh anak almarhum mengurus jenazah Bapaknya. Saya terus pergi ke rumahnya.Ketika saya tiba sampai ke rumah almarhum tercium bau jenazah itu sangat busuk dan….”, pak modin berhenti sejenak seakan ragu melanjutkan ceritanya.
“Kenapa berhenti pak…?”, Tanya ustadz Maulana ketika melihat raut muka PakModin yang seakan enggan melanjutkan ceritanya.
“sebenarnya ini aib tetangga kita ustadz, tidak baik membicarakan keburukan orang yang sudah meninggal. Tapi ada baiknya juga ustadz ini kita jadikan pelajaran bagi yang masih hidup, ini petunjuk dari Allah untuk hamba-hambanya yang beriman. Ustadz tapi aib ini tolong dijaga kerahasiannya, jangan samapai warga tau si fulan meninggalnya jenazahnya begini..begini…”, pinta Pak Modin.
“Insya Allah pak Modin, saya akan menjaga kerahasian ini untuk kebaikan nama si fulan dan saya pun akan banyak mengambil pelajaran dari kisah ini”, sahut ustadz Maulana.
“Ustad, Bau jenazahnya cukup memualkan perut dan menjijikan. Saya telah mengurus banyak jenazah tetapi tidak pernah saya bertemu dengan mayat yang sebusuk ini. Ketika saya lihat wajah almarhum, sekali lagi saya tersentuh,saya tengok wajahnya seperti dirundung oleh macam-macam perasaan takut, cemas, kesal dan macam-macam.Wajahnya seperti tidak mendapat nur dari ALLAH Subhanahu Wata'ala”
“Naudzubillahmindzalik”, desah ustadz Maulana pelan.
“Kemudian saya pun ambil kain kafan yang dibeli oleh anak almarhum dan saya potong. Tetapi selama memandikan mayat itu, kejadian pertama pun terjadi, sekedar untuk pengetahuan, apabila memandikan jenazah, badan mayat itu perlu dibangunkan sedikit dan perutnya hendaklah diurut-urut untuk mengeluarkan kotoran yang tersisa. Maka saya pun urut-urut perut almarhum.Tapi apa yang terjadi, pada hari itu sangat mengejutkan Ustadz…!”, Pak Modin menghela nafas panjang teringat jelas kejadian itu.
“SubhanAllah….Maha Suci Allah”, kata yang keluar dari lisan ustadz maulana.
“Nampaknya, Allah Subhanahu Wata'ala berkehendak dan menunjukkan kekuasaannya karena pada hari tersebut, kotoran tidak keluar dari dubur akan tetapi melalui mulutnya..Hati saya berdebar-debar. Apa yang sedang terjadi di depan saya ini..??”
“Telah dua kali mulut mayat ini memuntahkan kotoran, saya harap hal itu tidak terulang lagi karena saya mengurut perutnya untuk kali terakhir. Tiba-tiba ketentuan Allah Subhanahu Wata'ala berlaku, ketika saya urut perutnya keluarlah dari mulut mayat itu kotoran bersama beberapa ekor ulat dan kelabang yang masih hidup. Ulat itu adalah seperti ulat kotoran (belatung), serem sekali ustadz”, imbuh Pak Modin.
“Apakah meninggalnya sudah lama itu pak Modin?”
“Belum ustadz, padahal almarhum meninggal dunia akibat diserang jantung dan waktu kematiannya dalam tempo yang begitu singkat mayatnya sudah menjadi demikian rupa. Saya lihat wajah anak almarhum. Mereka seperti terkejut,Mungkin malu, terperanjat dan aib dengan apa yang berlaku pada Bapaknya”
Kemudian dilanjutkan lagi ceritanya:
“Saya katakan kepada mereka: Inilah ujian Allah terhadap kita. Kemudian saya minta semua anak-anaknya berkumpul untuk menyelesaikan masalah jenazah bapaknya. Saya mengingatkan mereka bahwasanya tanggung jawab saya adalah membantu menguruskan jenazah Bapak mereka, bukan menguruskan semuanya, tanggung jawab ada pada ahli warisnya. Sepatutnya sebagai anak, mereka yang lebih afdal menguruskan jenazah Bapak mereka itu, bukan hanya iman, hanya bilal, atau guru”, Pak modin memberikan nasehat panjang dan lebar.
Sementara para pelayat dan tetangga mulai berbisik-bisik, memandikan jenazahnya kok lama banget hampir empat puluh lima menit belum selesai. Biasanya paling lama dua puluh menit. Ada apa gerangan dengan jenazahnya?. Warga mulai menerka-nerka ada masalah apa dalam prosesi pemandian jenazah atau mendapatkan adzab seperti yang pernah ditonton di TV.
Pak modin terus berdoa dan berharap tidak terjadi lagi kejadian yang lebih ganjil. Selepas itu memandikan kembali mayat tersebut dan mengambilkan wudhu serta meminta anak-anaknya mengambilkan kain kafan. Mayat pun dibawa ke dalam kamarnya dan tidak diijinkan seorang pun melihat upacara itu terkecuali waris yang terdekat sebab saya takut kejadian yang lebih aib akan terjadi.
Peristiwa apa pula yang terjadi setelah jenazah diangkat ke kamar dan hendak dikafani, takdir ALLAH jua yang menentukan, ketika mayat ini diletakkan di atas kain kafan, didapati kain kafan itu hanya cukup menutupi ujung kepala dan kaki tidak ada lebih, maka pak modin tak dapat mengikat kepala dan kaki. Mungkin saya salah memotong ukuran kafannya, walaupun sedikit terbesit dihati apakah kain kafan ini tidak mau menerima jenazah ini?. Kemudian yang pak modin lakukan adalah menyambung-nyambung kafan agar bisa tertutup semua, karena tudak ada cara lain.
Setelah prosesi pengkafanan dan sholat selesai, masalah timbul lagi. Jenazah tidak dapat diantarkan ke kuburan karena tidak ada mobil jenazah/ambulance yang mengantar, sedangkan jarak antara rumah dan tanah pekuburan pun lumayan jauh. Kereta jenazah yang disediakan takmir masjid pun sedang dipinjam warga desa sebelah. Untunglah ada tetangga sebelah yang menawarkan pick up untuk mengantar jenazah, akan tetapi masih kotor dan bau kotoran sapi. Berhubung tidak ada pilihan, maka dipakailah pick up yang kotor untuk mengantar kuburan.
Sesampainya Jenazah tiba di tanah pekuburan, saya perintahkan tiga orang anaknya turun ke dalam liang dan tiga lagi menurunkan jenazah. Allah Subhanahu Wata'ala berkehendak semua atas makhluk ciptaan-NYA berlaku, saat jenazah itu mau di masukkan keliang lahat seolah bumi tidak mau menerima jenazah ini. Liang lahat menyempit jenazah tidak bisa dimasukkan, kemudian dilakukan penggalian lagi berulang ulang. Ternyata hasilnya nihil, sesuai kesepakatan keluarga maka jenasah dimakamkan sedikit di bekuk.
Ketika jenazah menyentuh ke tanah tiba-tiba air hitam yang busuk baunya keluar dari celah tanah yang pada asal mulanya kering. Disusul keluarya beberapa hewan seperti kalajengking dan kelabang. Dan semakin banyak hewan itu bermunculan ketika jenazah mencapai dasar tanah, bau busuk dari air hitam tadi semakin menusuk hidung. Maka lekaslah jenazah ditutup dengan tanah, keanehan lain muncul tanah yang digunakan untuk menutupi lobang mengalami kekurangan. Logikanya tanah yang digali tadi untuk menutup lubang cukup, tapi ini harus mencarikan berpuluh-puluh ember tanah untuk menutup lubang tadi. Akhirnya sedapatnya lubang itu ditutup, dan pak modin segera memimpin doa.
Selepas dari kuburan pak modin kembali ke rumah duka bertanya kepada istri almarhum, apakah yang telah dilakukan oleh almarhum semasa hayatnya. Berbagai pertanyaan di ajukan pak modin karena satu dua pertanyaan belum dijawab istri almarhum, matanya menatap foto almarhum yang terpasang di dinding. Sorot matanya menunjukkan ingin bercerita tentang semua yang dikerjakan suaminya secara rahasia dan tersembunyi dari masyarakat selama ini. “ Ibu, apakah bapak pernah menzalimi orang alim? Atau Mendapat harta secara merampas, menipu dan mengambil yang bukan haknya ?Memakan harta masjid dan anak yatim ? Menyalahkan gunakan jabatan untuk kepentingan sendiri?atau durhaka kepada ibunya ?
Istri almarhum tidak dapat memberikan jawabannya, mungkin dia malu untuk memberi tahu. Sekian lama merenung dengan tetesan air mata, istri almarhum bercerita.
“Maafkan suami saya pak Modin, sudah merepotkan bapak dalam kematiannya. Mohon dimaafkan segala kesalahannya selama hidup di dunia”, pinta Istri almarhum dengan tersendu-sendu.
“ In syaa Allah ibu, kita sebagai manusia harus saling membantu kepada sesama yang kesusahan. Dan kewajiban kita memberi maaf orang yang sudah meninggal atas semua kesalahanny, biar di akhirat mendapatkan ketenangan. Kalau tidak keberatan ibu berkenan menceritakan keseharian almarhum, agar kita yang masih hidup bisa mengambil pelajaran dari kejadian ini?”, sambung Pak Modin.
“Begini pak modin, saya dan keluarga minta maaf kepada seluruh umat muslim Indonesia. Sebenarnya Suami saya bekerja sebagai anggota Densus 088, tapi masyarakat di sekitar sini tahunya suami saya sebagai TNI. Mungkin ini adalah adzab dari Allah SWT untuk suami saya pak modin. Suami saya hampir semua operasi densus 088 dia yang merancang. Tidak perlu saya ceritakan satu persatu pak modin, bapak mungkin juga sering mendengarkan berita penggerebekan terduga teroris...”
“Astaqfirullah....”, pak modin tidak menyangka jenazah yang barusan diantarkan adalah anggota Densus 088.
“kalau bapak liat berita, tidak sedikit berita salah tangkap yang katanya teroris. Benar apa yang dikatakan masyarakat teroris hanya dijadikan pengalihan isu pak, dan yang lebih parah label teroris hanya untuk islam, tujuannya untuk membuat kesan islam itu sebagai agama teroris. Buktinya pak dan menurut penuturan suami saya, salah tangkap itu memang hanya dijadikan bahan berita media pak, sekelas densus dengan intelejennya mana mungkin melacak teroris tidak secara profesional yang katanya sudah terlatih.”
“ketika ada kasus besar yang menyangkut kepentingan pemerintah, suami saya selalu merancang rencana untuk mengalihkan isu dengan memunculkan teroris. Teroris itu di pelihara pak modin, kalau memang ada teroris dan membahayakan negara jaringan teroris Muso yang ada di pegunungan itu sudah ditumpas habis. Berapa sih pak jumlah mereka, apa senjata mereka, nggak ada apa-apa dibanding dengan jumlah tentara dan persenjataan tentara TNI. Begitulah pak modin peran suami saya, islam selalu menjadi sasaran untuk menciptakan stigma di masyrakat Islam itu keras, islam itu teroris, sehingga umat akan meninggalkan islam dan tidak memilih partai Islam ketika pemilu”
Istri almarhum diam sejenak, menghirup udara dalam-dalam sebelum melanjutkan ceritanya.
“yang terakhir pak, beritanya masih hangat yaitu penangkapan Sutiyoso seorang imam masjid dan sebagai petani ditangkap di rumahnya yang dijadikan tempat belajar anak-anak membuat mereka trauma. Ketika ditangkap wasih sehat walafiat, dan dipulangkan menjadi mayat. Padahal mereka belum tentu teroris seperti yang dituduhkan, proses pengadilan saja belum dilaksanakan tetapi mereka langsung di cap anggota jaringan si A atau B. Penangkapan kemarin juga rekayasa suami saya pak sebenarnya......”, sambil menangis tersedu-sedu. Kemudian dilanjutkan ceritanya.
“setelah penggerebekan itu, suami saya pulang ketika hujan deras mungkin dia ngebut dan kecapekan wajahnya kelihatan pucat banget. Setelah mandi dia duduk di ruang tamu sambil menggigil kedinginan. Tidak selang berapa lama nafasnya tersengal-sengal sambil kejang-kejang, kemudian saya bawa ke rumah sakit tapi nyawanya tidak tertolong”, istri almarhum tidak sanggup bercerita lagi masuk ke dalam kamar menangis .
“semoga allah mengampuni dosa-dosanya....”, sahut pak modin. Dalam hati pak modin berkata,” apakah benar ini yang di maksud hadits dari Bukhari ” Barang siapa memerangi wali-Ku, sungguh aku mengumumkan perang kepadanya”. Adzab di dunia begitu pedih apalagi di akhirat kelak, pak modin merenungi kejadian yang baru di alaminya.
Bersambung.......
1 komentar:
Write komentarini adalah satu bentuk penolakan terhadap Densus 88 yang sring melakukan teror, dengan dalih penangkapan teroris. silahkan tampilkan respon anda terhadap aksi densus 88 yang meneror umat islam....
ReplyEmoticonEmoticon